Untuk mencapai kebahagiaan, lebih baik membatasi keinginan daripada memanjakannya.
“… Janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, niscaya ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah…” (Shâd: 26).
Kebutuhan dan keinginan adalah dua hal yang berbeda. Makan, bisa
dikatakan sebagai sebuah kebutuhan. Tapi makan dengan kemewahan, makan
di rumah makan kelas atas, maka kebutuhan itu berubah menjadi keinginan.
Rumah adalah kebutuhan, tapi memiliki rumah mewah dengan beragam
fasilitas yang wah, maka kebutuhan tersebut sudah menjadi keinginan.
Kendaraan, motor atau mobil misalnya adalah kebutuhan, tapi ketika
ingin memiliki motor dan mobil yang lain, yang lebih bagus, atau sekedar
mengkoleksi, maka bisa dikategorikan itu bukan kebutuhan, melainkan
keinginan.
Tentu saja, setiap orang tidak bisa digeneralisir seperti demikian
adanya. Setiap orang, setiap manusia, mungkin saja memiliki kategorisasi
kebutuhan dan keinginan yang berbeda.
Misalnya, bisa jadi, seseorang memang harus makan di rumah makan nan
mewah untuk urusan negosiasi dan transaksi bisnis. Hanya, manusia
sebagai mahkluk yang dilengkapi oleh nafsu, tentu akan selalu ada
keinginan-keinginan di samping ‘kebutuhan-kebutuhan standarnya’ sebagai
manusia normal.
Ada nasihat bijak seputar kebahagiaan dan ketenangan, bahwa kebahagiaan
dan ketenangan bisa diraih bukan dengan simbol-simbol keduniawian;
Rumah, kendaraan, kedudukan, jabatan, uang, dan harta pada umumnya. Tapi
ia teraih lewat kefitrian batin, kesucian jiwa, dalam memegang kendali
amanah yang diberikan Allah.
Akan percuma harta yang teraih lewat cara-cara yang kotor, karena hanya akan menimbulkan penderitaan sesudahnya.
Akan sia-sia kedudukan yang diraih lewat cara-cara yang kotor, karena
hanya akan membuahkan ketidaktenangan di ujungnya. Kekurangan yang
diterima apa adanya dan kondisi hidup yang disyukuri, akan lebih
menjanjikan ketenangan dan kebahagiaan.
Kiranya yang demikianlah yang dinamakan zikir, bahwa apapun yang kita
lakukan kita ingat ada Dia Yang Mengawasi. Dan apapun yang nikmati,
kita ingat bahwa dari Dialah semua hal kita dapatkan dan karenanya kita
tidak menjadi sombong dan lupa diri.
Orang-orang mu’min meraih kebahagiaan dengan mengingat Allah.
“Orang-orang yang beriman, hati mereka menjadi tentram dengan mengingat
Allah..” (ar Ra’du: 28).
Sumber : http://yusufmansur.com/kebutuhan-keinginan/
No comments:
Post a Comment