Perbaiki kekurangan yang ada, atau…selamanya kehidupan Anda tidak pernah ‘kan berubah!
Hujan turun. Lebat lagi. Luqman mulai menatap tetesan air yang cukup besar dari lobang di atap rumahnya.
“Gawat!” gumam hati Luqman. Coba dulu ia sempatkan diri memperbaiki gentang yang bergeser, mungkin ia tidak akan sesibuk ini.
Dengan dibantu istrinya, ia geser kursi tamu agak ke ruang tengah.
Dan beberapa ember kosong ia siapkan untuk menampung tumpahan air.
Dua jam, hujan belum menampakkan keredaannya. Seharusnya ia dan
istrinya lagi menikmati pisang goreng plus teh manis panas [yang memang
enak dinikmati pas hujan turun], ini malah sibuk ngurusin tadahan air
hujan.
Belum lagi kalau mikir repotnya ngebenahin ulang ruangan, mengepel, dan uh… masih banyak lagi.
Luqman agak sedikit menyesal. Istri tersayangnya maksain untuk tetap
tersenyum. Tapi engga urung terlontar juga ungkapan bernada setengah
kesal.
“Coba, kalau dari dulu kita betulin genteng ya…” begitu kata istrinya.
Luqman diam aja, lagian cara istrinya ngungkapin perasaannya engga bikin Luqman kesel.
Kejadian berawal dari pemindahan pesawat Ratelindo milik Maulid, kawan Luqman, ke rumah Luqman. Maulid, pindah rumah.
Di rumah yang baru ini sudah tersedia line telpon dari Telkom, sehingga pesawat Ratelindonya tidak ikut dibawa.
Nah, karena tidak lagi digunakan, Ratelindo ini dioperalihkan ke Luqman.
Kebetulan, di Kampung Ketapang, jaringan telepon masih langka.
Ratelindo memang akhirnya menjadi saluran telekomunikasi alternatif,
selain handphone.
Pada saat pemasangan, terjadi beberapa kesulitan. Yang pertama, letak
rumah Luqman posisinya lebih rendah dari rumah kiri dan kanannya.
Sehingga harus dipasang tiang tambahan, agar sinyalnya tetap baik.
Kesulitan yang kedua, bila ditambah tiang, maka kabel utama tidak cukup, alias harus ditambah. Dan ini menjadi kesulitan baru.
Akhirnya diambil satu genteng, dicopot, untuk dijadikan terusan
tiang. Karena genteng yang diambil genteng yang paling depan dari atap
rumah, dianggap tidak mengganggu. Sehingga tidak langsung diperbaiki.
Siapa sangka, bila ternyata kemudian justru genteng yang dicopot ini
biang keladi tumpahan air. bila hujan, tampiasan air hujan menghantam
langsung area dalam rumah.
Sejak awal, istrinya sudah mengingatkan. Katanya, meskipun prediksinya tidak mengganggu, tapi seharusnya tetap diperbaiki.
Yang namanya bolong ya tetap saja bolong. Begitu kata istrinya.
Tapi Luqman tidak terlalu peduli. Akhirnya, ya kejadianlah seperti sekarang ini.
Hujan tuh sebenarnya enak. Nuansa istirahat menjadi lebih enak dan
syahdu. Tapi kalau rumah bocor, engga ada enak-enaknya sama sekali!
Sumber : http://yusufmansur.com/biarkan-kekurangan-ada-bag-1/
No comments:
Post a Comment